Remote Sensing juga karena GNSS lho. Halo sobat survey, apa kabar? Hari baru semangat baru! Yuk kita mulai belajar lagi tentang metode-metode yang dapat kita gunakan dalam kegiatan pemetaan. Kali ini kita akan sedikit membahas metode penginderaan jauh yang cukup banyak bahkan sering kita gunakan dalam kegiatan pemetaan.
Dalam kegiatan survey dan pemetaan tentu banyak kendala yang terjadi oleh surveyor. Salah satu kendala yang sering terjadi adalah keterbatasan akses menuju remote area sehingga menghambat proses pengambilan data. Nah dalam hal ini, permasalah tersebut tentu dapat kita jawab dengan metode pemetaan remote sensing atau penginderaan jauh.
Remote Sensing (Penginderaan Jauh)
Remote sensing atau juga sering kita kenal dengan penginderaan jauh, merupakan Teknik pengambilan data/akuisisi data yang memanfaatkan wahana tertentu, sehingga dapat menjangkau wilayah yang luas tanpa perlu bersentuhan langsung dengan objek pemetaan. Pada umumnya, akuisisi data penginderaan jauh dilakukan dengan menggunakan wahana berupa satelit yang mengorbit di Bumi.
Hasil dari penginderaan jauh biasanya kita sebut dengan citra satelit. Saat ini, citra satelit yang banyak terpakai adalah citra satelit dari jenis sensor pasif. Pada umumnya, citra satelit ini yang terpakai dalam berbagai pekerjaan seperti analisis kondisi lingkungan, ataupun pada basemap PTSL (Pemetaan Tanah Sistematis Lengkap) serta RDTR (Rencana Detil Tata Ruang). Cita satelit memiliki berbagai macam resolusi mulai dari ratusan meter, puluhan meter, hingga centimeter atau yang kita sebut juga dengan Citra Satelit Resolusi Tinggi (CSRT).
Penggunaan GNSS pada Citra Satelit Resolusi Tinggi (CSRT)
Citra Satelit Resolusi Tinggi merupakan sistem penginderaan yang memberikan pencitraan gambar muka bumi dengan resolusi yang tinggi. Jika kamu ingin menggunakan data CSRT, kamu perlu melakukan koreksi geometrik terlebih dahulu. Nah koreksi geometrik ini dilakukan untuk memastikan bahwa citra satelit tidak mengalami pergeseran geometri sehingga dapat memberikan data dengan akurasi yang baik.
Proses koreksi geometrik ini, tentu tidak lepas dari penggunaan GNSS, bahwa GNSS merupakan salah satu alat yang mampu memberikan informasi koordinat secara global. Penggunaan GNSS ini berguna untuk membuat GCP dan ICP pada koreksi geometrik CSRT. Seperti halnya pada pengolahan foto udara, GCP berguna untuk melakukan orthorektifikasi pada citra. Sementara ICP berfungsi untuk melakukan pengecekan hasil orthorektifikasi.
Secara teknis, pengukuran GCP dan ICP pada keperluan koreksi geometrik CSRT tidak berbeda jauh dengan pada pengukuran untuk foto udara. Pengukuran GCP dan ICP di lakukan dengan metode statik baik jaring maupun radial. GCP dan ICP juga di letakkan menyebar di seluruh area yang ingin di petakan.
Perbedaan GCP pada CRST dan Foto Udara
Perbedaan antara GCP pada CSRT dan Foto udara adalah pada penempatan lokasi GCP. Pada pengukuran GCP pemetaan dengan foto udara, lokasi GCP dapat kita tandai dengan menggunakan pre-mark yang harus terpasang sebelum proses akuisisi data kita lakukan.
Sementara, pada pengukuran GCP untuk CSRT tidak menggunakan pre-mark karena umumnya data citra tidak kita dapatkan secara realtime seperti foto udara. Pemilihan lokasi GCP untuk CSRT, dilakukan pada titik-titik yang memiliki ujung yang tampak jelas jika kita lihat dari atas seperti di ujung pematang sawah, ujung lapangan, atau objek-objek lain yang terlihat jelas dan terbuka.
Nah, sobat surey. Jadi seperti itulah peran GNSS dalam kegiatan Penginderaan Jauh. Bagaimana? Sudah mulai tergambar bukan? Semoga bermanfaat, sampai jumpa di artikel lainnya. Kamu bisa coba gratis Alat Survey dari Hi-Target dengan menghubungi kami. Klik tulisan ini untuk menghubungi kami.
Writer: SN, Tehnical Support Hi-Target Indonesia
Referensi: