Terbentuknya Siklon Tropis Bianca di Samudra Hindia selatan. Dampak dari siklon ini meluas hingga menyebabkan hujan deras, banjir, dan gelombang tinggi yang mengganggu kehidupan masyarakat di berbagai wilayah terutama Sumatera bagian selatan dan pesisir Jawa.
Fenomena ini tidak hanya mencerminkan kondisi cuaca yang ekstrim tetapi juga menyoroti permasalahan mendasar terkait perubahan iklim, mitigasi bencana, serta kesiapan infrastruktur dalam menghadapi ancaman hidrometeorologi. Fenomena ini semakin sering terjadi akibat meningkatnya suhu permukaan laut sebagai dampak dari perubahan iklim.
Menurut laporan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC, 2021), pemanasan global telah meningkatkan intensitas dan frekuensi siklon tropis. Data dari BMKG menunjukkan bahwa jumlah siklon tropis yang terdeteksi di sekitar Indonesia meningkat dalam dekade terakhir. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan iklim memberikan dampak signifikan terhadap pola cuaca ekstrem di Indonesia.
Siklon Tropis Bianca menimbulkan dampak yang sangat luas baik secara sosial maupun ekonomi. Data dari BNPB (2025) mencatat bahwa akibat siklon ini, setidaknya 15 orang meninggal dunia dan lebih dari 5.000 orang mengungsi di berbagai daerah di Jawa dan Sumatera. Selain itu, sektor perikanan mengalami kerugian hingga Rp. 250 miliar akibat gelombang tinggi yang menghambat aktivitas nelayan (Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2025).
Infrastruktur jalan dan jembatan juga mengalami kerusakan yang memerlukan dana perbaikan sekitar Rp1,2 triliun. Siklon ini juga mengganggu transportasi laut dan darat sehingga menyebabkan pembatalan lebih dari 50 perjalanan kapal di Pelabuhan Merak dan Bakauheni yang berdampak pada distribusi logistik nasional. Intensitas hujan tinggi menyebabkan banjir besar di wilayah Lampung dan Banten dengan ketinggian air mencapai 1,5 meter di beberapa daerah (BMKG, 2025).
Salah satu permasalahan utama yang menyebabkan dampak besar dari siklon ini adalah ketidaksiapan infrastruktur dan sistem mitigasi yang masih lemah. Banyak daerah yang terdampak masih memiliki infrastruktur drainase yang buruk sehingga menyebabkan banjir cepat meluas. Selain itu, sistem peringatan dini yang ada masih kurang efektif dalam memberikan informasi yang cepat dan akurat kepada masyarakat. Regulasi mengenai tata ruang dan pembangunan di wilayah rawan bencana belum diterapkan secara ketat.
Banyak bangunan yang berdiri di daerah pesisir tanpa mempertimbangkan risiko siklon tropis yang meningkatkan jumlah korban dan kerusakan saat bencana terjadi. Untuk mengurangi dampak dari siklon tropis di masa depan, diperlukan berbagai langkah strategis. Geodesi memainkan peran sentral dalam mitigasi bencana dengan menyediakan informasi spasial yang akurat untuk analisis risiko dan perencanaan mitigasi. Melalui teknologi pemetaan berbasis satelit dan sistem informasi geospasial, geodesi memungkinkan pemantauan perubahan topografi wilayah rawan bencana akibat siklon tropis.
GNSS (Global Navigation Satellite System) digunakan untuk mendeteksi pergeseran permukaan tanah yang berpotensi memperburuk dampak banjir dan longsor. Selain itu, pemanfaatan data radar penginderaan jauh memungkinkan prediksi tinggi gelombang dan pola angin sehingga memberikan gambaran yang lebih jelas bagi peringatan dini bencana.
Selain itu, geodesi berperan dalam pengembangan sistem pemetaan risiko berbasis GIS (Geographic Information System) yang membantu pemerintah dan masyarakat dalam menyusun strategi mitigasi yang efektif. Dengan adanya pemetaan digital, tata ruang dapat disusun berdasarkan risiko bencana yang terukur secara ilmiah. Geodesi juga mendukung pemantauan perubahan iklim dengan mengukur kenaikan muka air laut yang dapat memperburuk dampak siklon tropis di daerah pesisir. Oleh karena itu, kita perlu memperkuat integrasi ilmu geodesi dalam kebijakan mitigasi bencana agar kesiapsiagaan menghadapi fenomena cuaca ekstrem semakin meningkat.
Siklon Tropis Bianca memberikan dampak besar terhadap Indonesia dan memperlihatkan perlunya peningkatan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana hidrometeorologi. Perubahan iklim semakin memperburuk kondisi ini sehingga menuntut langkah konkret dalam penguatan regulasi, perbaikan infrastruktur, serta optimalisasi pemanfaatan teknologi. Peran ilmu geodesi menjadi krusial dalam mitigasi bencana dengan menyediakan data dan sistem pemetaan yang akurat untuk pengambilan keputusan yang lebih baik.
Penulis: Muhammad Radja Adzka
Referensi
- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). (2025). Prospek Cuaca Mingguan: Waspada Siklon Tropis Bianca Muncul di Selatan Jawa. Diakses dari https://www.bmkg.go.id
- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). (2025). Laporan Bencana Februari 2025. Diakses dari https://www.bnpb.go.id
- Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC). (2021). Climate Change 2021: The Physical Science Basis. Cambridge University Press.
- Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). (2025). Dampak Siklon Tropis Bianca terhadap Sektor Perikanan. Diakses dari https://www.kkp.go.id
- BMKG Ingatkan Munculnya Siklon Tropis Bianca di Selatan Jawa, Berpotensi Hujan Lebat – https://mediaindonesia.com/