Pernahkah kamu membayangkan bahwa praktik pemetaan di Indonesia sudah ada sejak masa kerajaan? Ternyata, jauh sebelum teknologi digital dan satelit ditemukan, masyarakat Nusantara sudah mengenal pembuatan peta sebagai bagian penting dari sistem administrasi dan tata wilayah. Beberapa catatan sejarah membuktikan bahwa tradisi kartografi di Indonesia memiliki akar yang sangat tua dan menarik untuk ditelusuri.
Sebuah artikel karya C.J. Zandvliet dalam Holland Horizon (1994, Vol. 6 No. 1) menyebutkan temuan penting dari catatan sejarah Tiongkok yang disusun pada tahun 1369 dan 1370. Dalam catatan tersebut tertulis bahwa saat penyerbuan tentara Dinasti Yuan ke Jawa pada tahun 1292–1293, Raden Wijaya, salah satu pemimpin Kerajaan Kediri, mempersembahkan sebuah peta kepada pasukan penyerbu sebagai tanda penyerahan. Fakta ini menunjukkan bahwa pada masa itu, kerajaan di Nusantara sudah memiliki peta administratif resmi, yang berfungsi sebagai alat dokumentasi dan simbol kekuasaan wilayah.
Selain itu, dalam makalah berjudul “A Brief History on Cartography in Indonesia” (1977) oleh Rachmad Kusmiada, yang dipresentasikan pada VIIth International Conference on the History of Cartography di Washington DC, juga ditemukan bukti lain tentang perkembangan awal peta di Indonesia. Menurut Kusmiada, pada abad ke-15, telah ada peta situasi geografis daratan Sunda yang menggambarkan pemukiman di Kampung Ciela Bayongbong, wilayah Garut, Jawa Barat.
Peta tersebut dibuat dengan teknik pemintalan di atas kain putih, menggunakan tinta indigo yang merupakan zat pewarna alami yang pada masa itu biasa digunakan dalam proses pencelupan kain. Keunikan peta ini terletak pada simbol-simbol geografisnya: sungai digambarkan seperti ular, sedangkan gunung disimbolkan dengan bentuk segitiga. Hal ini menunjukkan adanya pemahaman spasial dan sistem simbolik yang cukup maju pada masa itu, bahkan sebelum konsep kartografi modern dikenal secara luas di Eropa.
Temuan-temuan tersebut memperlihatkan bahwa masyarakat Nusantara sejak lama telah memiliki kemampuan visualisasi ruang dan wilayah yang tinggi. Peta bukan hanya alat bantu navigasi, tetapi juga bentuk komunikasi dan representasi kekuasaan.
Informasi berharga ini bersumber dari buku “Kartografi Edisi Kedua” karya Hadwi Soendjojo dan Akhmad Riqqi, yang diterbitkan oleh Institut Teknologi Bandung (ITB). Buku tersebut menegaskan bahwa sejarah kartografi di Indonesia merupakan bagian penting dari warisan ilmu geospasial dunia yang membuktikan bahwa bangsa ini sudah lama mengenal cara membaca dan memetakan dunia sekitarnya.
Kesimpulan
Sejarah panjang pemetaan di Indonesia membuktikan bahwa ilmu kartografi sudah menjadi bagian dari identitas bangsa sejak masa kerajaan. Dari peta kain di masa lalu hingga peta digital hari ini, semangat memahami ruang dan wilayah tetap menjadi pondasi penting dalam dunia survei dan geospasial.
Kalau kamu tertarik mendalami dunia survei, pemetaan, dan teknologi geospasial modern, jangan lupa mampir ke Instagram Hi Target Indonesia! Di sana kamu bisa menemukan berbagai informasi up-to-date, tips pengukuran, dan artikel menarik seputar teknologi seperti GNSS, LiDAR, dan SLAM RTK yang bikin wawasanmu makin luas dan skill-mu makin tajam.
Penulis: Herlina
Referensi:
- Buku “Kartografi Edisi Kedua” karya Hadwi Soendjojo dan Akhmad Riqqi, yang diterbitkan oleh Institut Teknologi Bandung (ITB).
- Gambar Peta Taprobana (Sumber: Good news From Indonesia)



