Pengukuran Metode Statik Menggunakan GNSS

Pengukuran Metode Statik Menggunakan GNSS

GNSS (Global Navigation Satellite System) menjadi teknologi penting karena membuktikan keberadaan posisi dari elemen yang dikumpulkan dan dirancang dalam sistem referensi global dan memastikan proyek infrastruktur yang dapat dioperasikan (Bernabé et al., 2012).

Survei GNSS dengan metode statis banyak digunakan untuk menghitung koordinat 3D presisi tinggi di stasiun lintasan. Sistem ini memberikan koordinat tingkat milimeter dari posisi tanah baik dalam komponen horizontal maupun vertikal. Selain itu, pemosisian statis GNSS memungkinkan penentuan sudut azimut yang akurat untuk menetapkan orientasi jaringan sehubungan dengan sistem referensi. Keuntungan utama memasang jaringan survei menggunakan penentuan posisi GNSS dibandingkan dengan yang lain menggunakan perangkat rentang elektromagnetik (Jackson et al., 2011) adalah medan gravitasi dan fenomena geodinamiknya (gerakan kutub, pasang surut global, dan gerakan tektonik).

Aplikasi utama jaringan GNSS dalam mode statik adalah pembentukan titik kontrol untuk memantau deformasi struktur (Rizos et al., 2003) dan lintasan dasar objek linier seperti jalan, rel kereta api, dan jalur media aliran (Zhang et al., 2014). Dengan menerapkan sistem survei kinematik berbasis kendaraan GPS/INS yang mengintegrasikan Sistem Pemosisian Global “GPS”, jalan raya dan rel kereta api disurvei.

Baca Juga: Pemanfaatan GPS RTK di Perkebunan Kelapa Sawit

Namun, selain keunggulan sistem navigasi satelit yang terkenal dalam hal kecepatan dan kemudahan georeferensi elemen alam dan buatan, ada beberapa faktor lain, seperti refraksi atmosfer, efek multipath, instrumen offset, dan geometri satelit. Saya terjebak dengan kesalahan. Akibatnya, kesalahan posisi dalam pengukuran jarak dengan kode menggunakan pita L2C dan L5 yang ditemukan pada satelit baru terjadi pada tingkat kepercayaan 95% ±8,5 m (Ghilani et al., 2012) tidak ada koreksi diferensial.

Data GNSS statis meningkatkan akurasi survei geodetik dan topografi. Diperlukan dua penerima: stasiun kontrol yang koordinatnya telah diperoleh dengan presisi tinggi sebelumnya, dan penerima untuk titik yang koordinatnya ingin Anda peroleh. Informasi yang diperoleh selama pengamatan disimpan dalam memori penerima, dan perbedaan antara koordinat yang diamati dan koordinat tetap yang dikumpulkan oleh stasiun kontrol memberikan koreksi untuk titik-titik yang posisinya belum ditentukan. Di atas sesuai dengan prosedur terkenal koreksi diferensial di pasca-pemrosesan (González, 2009).

Penentuan metode ststik ini mengalami perkembangan yang sangat pesat dimana tidak hanya untuk keperluan bidang geodesi dan geodinamika, akan tetapi hampir semua bidang kehidupan seperti transportasi, ekonomi, perdanganan, telekomunikasi dll. Hal tersebut erat kaitannya dengan perkembangan teknologi GNSS yang berkembang dari segi metode, ketelitian dan jumlah satelit GNSS. Penentuan posisi dengan metode post processing ini dibagi menjadi rapid static, stop and go, kinematic, psedeo-kinematik, statik. Namun metode post-processing ini mulai ditinggalkan namun yang bertahan sampai saat ini adalah metode statik.

Pada metode pengukuran ini sesuai dengan Namanya static yaitu tidak bergera, maka pengamatan yang dilakukan bisa secara absolut ataupun differensial serta dapat pengamatan ini bisa menggunakan pseud-range dan/atau phase yang selanjutnya dilakukan pengolaha data setelah pengamatan (post-processing) keandalan dan ketelitian yang diperoleh cukup tinggi yaitu di orde centimeter samapi dengan milimeter dan biasanya digunakan untuk penetuan titik BenchMark (BM), kerangka control, studi deformasi, monitoring serta pekerjaan stake-out. Ketelitian yang di dapat tidak terlepas dari pengaruh samping rate yang digunakan. Penelitian yang menganalisi pengaruh samping rate pada pengolahan post-processing terhadap hasill presisi yang dicapai.

Pengukuran Metode Statik Menggunakan GNSS

Gambar 1. Metode Pengaturan Statik (Hassanuddin Z. Abidin 1994)

Metode pengukuran statik dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya: Panjang baseline, jumlah satelit, geometri satelit dan lain sebagainya. Persyaratan mendasarnya adalah menentukan fase ambiguitas dengan cepat, sehingga membutuhkan perangkat lunak pemrosesan data GNSS yang handal dan kompleks. Ada saat melakukan pengukuran di lokasi yang memerlukan kondisi satelit geometris sata yang baik, tingkat penyimpangan dan kesalahan relatif rendah serta lingkungan yang relatif yang relative sedikit multipath, kecuali menggunakan GNSS yang sudah menggunakan frekuensi ganda.

Pengukuran Metode Statik Menggunakan GNSS

Gambar 2. Metode Pengukuran Statik yang dipadukan dengan static SIngkat (Hassanuddin Z. Abidin 1994)

 

Tahapan metode static

Dalam melakukan pengukuran menggunakan metode static ini paling tidak memerlukan dua Receiver, satu alat ditempatkan di titik yang sudah diketahui nilai koordinatnya dan yang lainnya di titik yang akan dibuat BM baru. Tahapan pengukuran mengginakan GNSS metode static ini terbagi menjadi beberapa tahapan diantaranya:

  1. Pengaturan peralatan GNSS yang sudah di cek.
  2. Pengaturan konfigurasi receiver 1.
  3. Pengaturan konfigurasi receiver 2.
  4. Melakukan pengambilan data lapangan.
  5. Waktu pengambilan data di sesuaikan dengan jarak baseline.
  6. Download data pengamatan
  7. Melakukan post-processing.
  8. Membuat report

Dalam pengukuran statik menggunakan GNSS ada beberpa software pendukung untuk pengolaha data hasil pengukuran. Untuk mendapatkan hasil yang akurat serta memiliki ketelitian yang tinggi maka harus menggunakan software post Processing yang handal. HITARGET memiliki software post-processing diantaranya: Hitarget Geomatic Office (HGO) serta Hitarget Bussines Center (HBC).

Sumber: Jurnal Teknik Geodesi ISSN 2621-9883, Universitas Diponegoro

Artikel Lainnya

Scroll to Top