Halo sobat survey! Pernah dengar istilah GCP atau ICP saat pemetaan pakai drone?
Kalau belum, kamu wajib tahu karena dua hal ini punya peran penting banget dalam menentukan seberapa akurat hasil peta kamu. Yuk, kita bahas kenapa titik-titik ini krusial, dan berapa banyak sebenarnya yang ideal digunakan dalam pengukuran drone mapping.
Pendahuluan
Ground Control Points (GCP) dan Independent Check Points (ICP) itu ibarat “penanda jalan” dalam dunia drone mapping. Keduanya jadi acuan penting dalam mengkalibrasi dan Ter Georeferensi citra udara, supaya hasil pemetaan yang akurat secara spasial.
GCP dan ICP ini sangat berpengaruh dalam meningkatkan akurasi produk pemetaan, mulai dari orthomosaic, Digital Surface Model (DSM), sampai 3D point cloud. Nah, posisi dan jumlah titik yang dipasang itu nggak bisa asal-asalan. karena bakal menentukan seberapa presisi dan seberapa akurat hasil akhir dari pemetaan drone kamu.
Dasar Teori
GCP (Ground Control Point) adalah titik di permukaan bumi yang koordinatnya sudah diketahui dengan sangat akurat. Titik ini digunakan sebagai acuan utama untuk mengoreksi dan menyesuaikan posisi citra drone agar sesuai dengan koordinat sebenarnya di dunia nyata.
Sementara itu, ICP (Independent Check Point) punya peran berbeda. Titik ini nggak ikut dipakai dalam proses koreksi atau kalibrasi, tapi jadi alat bantu buat ngecek akurasi akhir dari hasil pemetaan yang sudah jadi.
Singkatnya, GCP Sebagai Titik Georeferensi citra, sedangkan ICP digunakan untuk Ujiakurasi alias untuk memastikan hasil akhirnya memang sesuai standar akurasi yang diinginkan.
Pembahasan
Kalian tau nggak sih, sebenarnya nggak ada jumlah pasti yang berlaku untuk semua kasus soal penempatan titik GCP dan ICP. Jumlah yang ideal itu sangat tergantung pada beberapa hal. misalnya luas area yang dipetakan, ketinggian terbang drone, dan seberapa detail hasil peta yang diinginkan. Makin besar areanya dan makin tinggi kebutuhan akurasinya, biasanya makin banyak titik yang diperlukan supaya hasil akhirnya tetap presisi dan bisa diandalkan.
- Sebuah studi dengan menggunakan UAV DJI Phantom 3 Standard pada area sekitar 1 hektar dengan dua ketinggian terbang (28 m dan 35 m) membuktikan bahwa penggunaan 14-20 GCP sudah mampu menghasilkan presisi sub-desimeter dengan Root Mean Square Error (RMSE) antara 1 hingga 3 cm. Optimalitas jumlah GCP ini sudah mencapai titik di mana penambahan GCP tidak signifikan meningkatkan akurasi lebih lanjut.
- Distribusi GCP juga penting, idealnya tersebar merata di tepi dan bagian dalam area pemetaan agar mengurangi kesalahan planimetri dan altimetri. Penempatan GCP di pinggiran area dapat meminimalkan kesalahan posisi horizontal, sedangkan penempatan tambahan di area tengah membantu memperbaiki akurasi vertikal.
- Faktor lain yang memengaruhi adalah ketinggian terbang dan resolusi ground sampling distance (GSD). Semakin tinggi drone terbang, biasanya diperlukan GCP yang lebih banyak untuk menjaga akurasi, dan sebaliknya.
- Studi lain menegaskan bahwa meskipun penggunaan GCP penting, sensor RTK/PPK pada drone dapat mengurangi kebutuhan GCP untuk beberapa aplikasi, tetapi surveyor tetap harus menggunakan GCP jika menginginkan keakuratan tinggi.
Kesimpulan
Idealnya, pemasangan titik GCP/ICP dalam pengukuran drone mapping adalah berkisar antara 7 hingga 15 titik, dengan distribusi yang merata di seluruh area pemetaan, terutama di pinggiran dan bagian tengah area. Jumlah ini cukup untuk memperoleh presisi sub-desimeter dengan RMSE umumnya antara 1–3 cm.
Faktor seperti luas area, ketinggian terbang drone, dan resolusi pemetaan turut memengaruhi jumlah titik yang diperlukan. Penggunaan GCP tetap menjadi metode efektif untuk meningkatkan akurasi, meskipun progres teknologi drone RTK/PPK mungkin memungkinkan pengurangan jumlah GCP dalam beberapa kasus tertentu.
Setiap misi drone mapping sebaiknya merencanakan penempatan dan jumlah GCP/ICP secara matang agar menghasilkan pemetaan yang akurat dan dapat dipercaya untuk aplikasi teknik, pengukuran lahan, dan pemodelan 3D.
Dunia survei dan pemetaan itu terus berkembang, dan teknologi jadi kuncinya. Yuk, terus upgrade wawasanmu bareng Hi-Target Indonesia! Temukan insight, tips, dan pengetahuan terkini lainnya di artikel-artikel kami.
Karena jadi surveyor itu bukan cuma soal alat, tapi juga soal ilmu yang terus diasah.
Refrensi:
- https://pdfs.semanticscholar.org/
- https://www.academia.edu/
- https://www.pix4d.com/blog/
- https://www.semanticscholar.org/
- https://www.esri.com/
- https://bioone.org/journals/
- https://infoscience.epfl.ch/
- https://scholar.google.com/
- https://scholar.google.com/
- https://www.academia.edu/
- https://scholar.google.com/
- https://www.semanticscholar.org/
- https://scholar.google.com/
- https://www.linkedin.com/
- https://www.academia.edu/
- https://scholar.google.com/
- https://scholar.google.com/
- https://www.academia.edu/
- https://scholar.google.com/
- https://isprs-archives.copernicus.org/